Harga Emas vs Bitcoin 2025
Perbandingan visual harga emas dan Bitcoin tahun 2025

Harga Emas vs Bitcoin 2025 Melonjak: Safe Haven Kembali Jadi Pilihan Utama

Harga emas mencatat rekor baru di tahun 2025, sementara Bitcoin justru terjebak dalam fase konsolidasi tanpa arah yang jelas. Perbandingan kinerja antara dua aset ini menjadi pusat perhatian investor global, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Saat ini, harga emas melonjak hingga Rp1.975.000 per gram, naik sebesar Rp32.000 dari bulan sebelumnya dan mencerminkan lonjakan 31% secara year to date (YTD). Di sisi lain, Bitcoin (BTC) tercatat melemah hingga 9% YTD, berada di kisaran US$83.916 setelah sempat menyentuh rekor tertinggi US$109.114 pada awal tahun.

Harga Emas Melonjak, ETF Ikut Meroket

Lonjakan harga emas tak hanya terjadi pada bentuk fisiknya. Beberapa produk investasi berbasis emas seperti exchange traded fund (ETF) juga menunjukkan kinerja luar biasa. iShares Gold Trust (IAU) naik 3,27% menjadi US$62,93, SPDR Gold Shares (GLD) naik 3,25%, dan VanEck Merk Gold (OUNZ) naik 3,24% menjadi US$32,15.

Tren ini memperkuat narasi bahwa emas kembali menjadi pilihan utama investor global dalam mencari perlindungan nilai, atau yang dikenal sebagai aset safe haven.

Bitcoin Gagal Menjaga Momentum

Sementara itu, Bitcoin masih kesulitan membentuk momentum bullish yang berkelanjutan. Setelah mencetak rekor pada awal tahun, BTC terus mengalami tekanan akibat sentimen risiko global. Tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan tarif AS, tetapi juga oleh kekhawatiran inflasi, ketegangan geopolitik, dan aksi jual dari institusi besar.

Sejumlah analis menilai bahwa pasar sedang “wait and see” terhadap Bitcoin, dengan ketidakpastian yang menghambat kenaikan lebih lanjut. Level resistance kuat berada di sekitar Rp1,5 miliar, dan hingga saat ini belum ada katalis fundamental yang cukup kuat untuk menembusnya.

Harga Emas vs Bitcoin 2025 Melonjak: Safe Haven Kembali Jadi Pilihan Utama

Tarif Trump dan Ketidakpastian Global

Menurut para ekonom, salah satu pendorong utama lonjakan harga emas adalah kebijakan Presiden Trump yang memperluas tarif impor terhadap puluhan negara. Meski China tidak termasuk dalam daftar awal, keputusan ini menciptakan gelombang ketidakpastian yang mengguncang pasar global.

Kondisi ini membuat bank sentral di berbagai negara meningkatkan cadangan emas mereka sebagai langkah antisipatif terhadap potensi perlambatan ekonomi global. Bloomberg melaporkan bahwa beberapa bank sentral besar di Asia dan Timur Tengah tercatat meningkatkan akumulasi emas secara agresif sejak awal tahun.

Safe Haven Lama Masih Unggul

Emas, yang telah menjadi simbol kekayaan dan perlindungan nilai selama ribuan tahun, tampaknya kembali menunjukkan dominasinya atas aset digital modern seperti Bitcoin. Meski BTC sering disebut sebagai “emas digital”, performanya belum mampu menandingi stabilitas dan reli emas di tengah tekanan makro ekonomi.

Analis dari Standard Chartered menyebut bahwa jika inflasi AS tetap bertahan di atas 5%, harga emas bisa melonjak hingga Rp2,1 juta per gram. Di sisi lain, Bitcoin harus menembus resistance psikologis dan menciptakan volume pembelian yang masif untuk membentuk tren naik baru.

Harga Emas vs Bitcoin 2025 Melonjak: Safe Haven Kembali Jadi Pilihan Utama

Bitcoin Masih Punya Potensi?

Meski saat ini berada di bawah bayang-bayang emas, banyak analis menilai bahwa Bitcoin belum sepenuhnya kehilangan daya tarik. Sebagai aset digital yang terdesentralisasi, BTC masih memiliki proposisi unik—terutama di tengah meningkatnya adopsi institusional dan regulasi yang mulai mengakomodasi crypto.

Namun demikian, volatilitas yang tinggi dan ketergantungan terhadap sentimen global membuat pergerakan Bitcoin jauh lebih fluktuatif dibanding emas. Hal ini membuat investor jangka panjang lebih memilih menunggu kepastian dibanding masuk saat kondisi pasar belum stabil.

Momentum Emas Kian Kuat

Dalam konteks jangka panjang, emas terus menunjukkan kinerja yang stabil bahkan saat terjadi perubahan tajam pada kondisi ekonomi global. Investor institusi, termasuk beberapa dana pensiun besar di Eropa, mulai mengalihkan sebagian portofolionya dari saham teknologi ke aset logam mulia sebagai langkah mitigasi risiko.

Sementara itu, Bitcoin masih menghadapi tantangan dari sisi regulasi di beberapa negara besar seperti India dan Jerman yang mempertimbangkan pengenaan pajak tambahan atas transaksi kripto. Kebijakan tersebut semakin menekan minat beli dan membuat BTC kurang atraktif dibanding emas yang sudah diakui secara global sebagai aset lindung nilai.

Meski begitu, para pengamat pasar tidak menutup kemungkinan bahwa Harga Emas vs Bitcoin 2025 akan terus menjadi tema perdebatan sepanjang tahun. Kombinasi faktor fundamental dan sentimen geopolitik akan memainkan peran penting dalam menentukan arah pergerakan kedua aset ini hingga akhir 2025.

Kesimpulan: Harga Emas vs Bitcoin 2025, Siapa Unggul?

Melihat performa kedua aset hingga pertengahan tahun, Harga Emas vs Bitcoin 2025 jelas memperlihatkan pemenang sementara. Emas tidak hanya mencatatkan pertumbuhan harga yang signifikan, tetapi juga membuktikan daya tahannya di tengah krisis global.

Sementara Bitcoin masih dalam masa konsolidasi, berusaha menyesuaikan diri dengan lanskap ekonomi yang berubah cepat. Dengan kebijakan Trump yang memicu volatilitas global, inflasi yang membayangi, dan pergeseran strategi investasi global, emas kembali menunjukkan kekuatannya sebagai aset andalan para investor konservatif.

Namun demikian, pasar belum selesai berbicara. Semester kedua 2025 masih menyimpan banyak potensi kejutan, dan Bitcoin bisa saja membalikkan keadaan jika ada katalis besar. Untuk saat ini, Harga Emas vs Bitcoin 2025 melonjak sebagai topik yang mencerminkan pergeseran minat investor dalam menghadapi dunia yang semakin tidak pasti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *